kesibukan pikiran yang melelahkan

ada sebuah kalimat yang sering dikutip dari salah satu figur dalam filosofi, ‘karena berpikir, maka aku ada’. sewaktu membaca ungkapan tersebut, apa yang muncul di dalam benak pembaca? apakah ‘ada’ itu penting?

selama ‘ada’ itu penting, maka selama itu pulalah keterlibatan pikiran tak terlepaskan dari kehidupan. larut dalam pikiran yang mempertahankan keberadaan tersebut adalah keterlibatan itu sendiri. keterlibatan menimbulkan kesibukan pikiran yang terus-menerus menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tak berdasarkan kebenaran. melelahkan karena tak berujung dan terus berulang dengan berbagai bentuk dan akibatnya.

manusia, yang diiringi kecerdasan, sejatinya dapat melihat ada sesuatu yang membingungkan di sini. dikatakan membingungkan karena ada sesuatu yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran itu sendiri. kebingungan itu ada karena belum adanya pengetahuan akan kebenaran kehidupan, atau dapat dikatakan, ada ketidaktahuan.

kecerdasan itu dapat berawal dari kelelahan yang timbul dari kesibukan itu sendiri ataupun dari melihat kenyataan ketidakpuasaan yang tanpa akhir. ketidakpuasan karena tidak mendapatkan yang diinginkan ataupun karena tidak dapat mengatur sesuatu agar sesuai dengan kehendak. ketidakpuasan bahkan juga dapat terlihat sewaktu berbagai hal terjadi sesuai dengan keinginan.

karena ketidakpuasaan selalu ada di dalam kehidupan, maka kesempatan untuk dapat memahaminya pun selalu ada, dari waktu ke waktu. tentunya kesibukan untuk terus memenuhi desakan untuk memenuhi kehendak juga selalu ada di sana.

sesuatu yang juga selalu ada dalam semua ini adalah perhatian. perhatian itu secara lebih mudah terlihat sewaktu berhenti dan ‘bertanya’, “ada apa?”. maka pada saat tersebut, akan mudah untuk menjawab, “aku mau puas!”, bukan?

diantara ketiga hal itu: ketidakpuasan, kesibukan pikiran, dan perhatian, yang mana yang baik?

berhubungan dengan ini, sering terdengar dalam keseharian, “hati-hati”.

– sen